PEUNAYAN
-----------------------------------------------------
Gampoeng peunayan kecamatan nisam kabupaten aceh utara dalah sebuah kampueng yang terpencil namun luas nan indah
di kampung tersebut terdapat banyak titik pemandangn yang indah di euntueng dan alue lhoek
disana keliatan pegunungan yang hijau dan sawah yang luas mengelilingi bukit gunung yang penuh pepohonan yang alami
Dan di gampoeng peunayan juga terdapat air terjun (seuneuloep) air terjun yang ada di kali yang geu lhoep untuk perairan air sawah , di seuneulop tersebut banyak yang mandi dan berseluncur di air yang jatuh dg deras dan kencang nya.
Saya yang menulis ini juga berasal dari kampueng peunayan, nama saya adnani dan sekarang saya berada di dki jakarta
insyaallah jika ada umur panjang suatu saat saya mudik pulang ke kampung peunayan saya akan menambahkan foto foto dari cerita saya di atas, spt pemandngn yang ada di euntung dan alue lhoek,beserta pemandangan indahnya air terjun seuneuloep , walaupun hanya seuneuloep but [perairan sawah wahahahahahahahahhahha jam
Bagi ureang peunayan yang baca bek neu karu karu, kreuna loen kalon bak goggle hana meurempoek di pencarian nama gampoeng geutanyoe hahahhahaha ( adnan )
Sungai Atau Krueng
Meunye kamoe meukhen krueng, sebenarjih nyan ken krueng ttp hanyalah alue, watea ji ek ie raya rame that aneuk remaja ijak manoe lam alue yg kamoe khen krueng,hahahahah termasuk loen tuwan uroe jeh suka that manoe lam krueng yang air jih cukoep na that jernih lagea ie aqua hahahhahahahahahaha
DESA EUNTUNG
Hampir sama seperti lukisan ini gampoeng peunayan terdapat sebuah dusun yang masih terpencil yaitu entueng, di dusun entung banyak objek pemandangan yang indah
Seperti sawah,gunung,pepohonan yang besar, angin sepoi sepoi,nyanyian burung burung yang slalu menemani indahnya suasana yang masih alami,
Apalagi jika musim sawah ,penduduk setempat dan banyak juga berasal dari luwar kampung berduyun duyun pergi kesawah bekerja di sawah masing''
dan ada juga yg mencari upah, spt ceumacah,catoek ateang ,hue bijeh, seumula,mumpoe,seumomproet,dan lain lain
Disaat padi mulai berbuah orang'' menjaga burung piupit disawah mereka masing masing,,,,,,,,,,,,,,! sampai panen tiba
Bonus Lagu Aceh
-----------------------------------------------------
Gampoeng peunayan kecamatan nisam kabupaten aceh utara dalah sebuah kampueng yang terpencil namun luas nan indah
di kampung tersebut terdapat banyak titik pemandangn yang indah di euntueng dan alue lhoek
disana keliatan pegunungan yang hijau dan sawah yang luas mengelilingi bukit gunung yang penuh pepohonan yang alami
Dan di gampoeng peunayan juga terdapat air terjun (seuneuloep) air terjun yang ada di kali yang geu lhoep untuk perairan air sawah , di seuneulop tersebut banyak yang mandi dan berseluncur di air yang jatuh dg deras dan kencang nya.
Saya yang menulis ini juga berasal dari kampueng peunayan, nama saya adnani dan sekarang saya berada di dki jakarta
insyaallah jika ada umur panjang suatu saat saya mudik pulang ke kampung peunayan saya akan menambahkan foto foto dari cerita saya di atas, spt pemandngn yang ada di euntung dan alue lhoek,beserta pemandangan indahnya air terjun seuneuloep , walaupun hanya seuneuloep but [perairan sawah wahahahahahahahahhahha jam
Bagi ureang peunayan yang baca bek neu karu karu, kreuna loen kalon bak goggle hana meurempoek di pencarian nama gampoeng geutanyoe hahahhahaha ( adnan )
Sungai Atau Krueng
Meunye kamoe meukhen krueng, sebenarjih nyan ken krueng ttp hanyalah alue, watea ji ek ie raya rame that aneuk remaja ijak manoe lam alue yg kamoe khen krueng,hahahahah termasuk loen tuwan uroe jeh suka that manoe lam krueng yang air jih cukoep na that jernih lagea ie aqua hahahhahahahahahaha
DESA EUNTUNG
Seperti sawah,gunung,pepohonan yang besar, angin sepoi sepoi,nyanyian burung burung yang slalu menemani indahnya suasana yang masih alami,
Apalagi jika musim sawah ,penduduk setempat dan banyak juga berasal dari luwar kampung berduyun duyun pergi kesawah bekerja di sawah masing''
dan ada juga yg mencari upah, spt ceumacah,catoek ateang ,hue bijeh, seumula,mumpoe,seumomproet,dan lain lain
Disaat padi mulai berbuah orang'' menjaga burung piupit disawah mereka masing masing,,,,,,,,,,,,,,! sampai panen tiba
Membajak Sawah, Sebuah Pengabdian Panjang
Kutengok, pak Made lewat, memanggul bajak di pundaknya sambil mengikuti langkah kedua sapinya … Setiap pagi lelaki tua ini selalu melewati rumah kontrakanku kalau kesawah.. Kebetulan memang “alamat” rumahku adalah ‘ujung aspal terakhir’, karena setelah jalan aspal berakhir, langsung ke tanah becek persawahan.. Jadi setiap penduduk desa Pejeng yang mau ke sawah pasti melewati depan rumahku.
Pak Made tahu , aku suka menggambar kehidupan desa, jadi tanpa ragu dia berteriak membangunkan aku. Tak mau ketinggalan , aku segera menyusul dibelakangnya sambil menggendong tas alat gambar..
Dia mulai bekerja membajak sawah, aku mulai membuat gambar dan sketsa. Begitulah tiap hari aku ‘menemaninya’ bekerja.....Biasanya, sekitar dua jam kemudian, sekitar jam 8, datang istri atau anak perempuan pak Made membawa hantaran makan pagi.. Tak terbayang indah dan lezatnya makan ditengah sawah luas, kaki yang masih belepotan lumpur …duduk di pematang…dibawah atap langit,… hening,… sunyi ..cuma suara... gemericik air di parit kecil ...lenguhan sapi,..desisan angin membelai daun… ...(..gile..sok puitis banget .)....
Setelah itu kami bekerja lagi, sampai saatnya pulang jam 11-12 siang.
Seorang anak lelaki pak Made yang memiliki Art Shop di kota, sebenarnya sudah cukup mampu dan ingin memanjakan ayahnya…Namun sang ayah tak mau duduk manis di masa tua, ia tetap bekerja menggarap sawahnya… dengan penuh cinta dan dedikasi yang tinggi…
“ Anak saya berbakat dagang, saya senang dia berhasil.. tapi sawah ini adalah hidup saya dan menghidupi banyak orang di kota. Harus tetap ada yang mengerjakan sawah, menyediakan beras untuk orang-orang kota…dan saya merasa senang , karena disinilah saya bisa berguna buat orang lain”. ujar pak Made polos, penuh “tanggung jawab nasional” dan penuh kebanggaan.. yang membuatku terhenyak… Ah..orang tua yang satu ini memang luar biasa…!! Berapa banyak orang kota yang masih memiliki kesadaran dan semangat pengabdian seperti ini? Apakah mereka juga sempat memikirkan nasib orang desa yang “menyediakan” makan buat mereka? …
Wajar kalau aku jatuh hati untuk mengabadikannya dalam sebuah karya lukisan..
Wajar pula aku menjadi geram ketika, orang kota yang berpikiran dangkal, yang tak mengerti soal kehidupan dan realisme, sok tahu, asal ngomong dan memvonis bahwa lukisan realis itu “tidak ada apa-apanya”, tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Orang semacam ini memang harus belajar memahami seni lukis realisme, supaya dia tak terjebak menjadi ‘rasialis’ dan diskriminatif ketika menyikapi lukisan realisme….
Setidaknya... mudah-mudahan.. lukisan ini bisa mengingatkan bahwa kita orang kota...bisa terus hidup, karena memakan sesuatu yang tumbuh di lumpur bercampur kotoran dan keringat, yang diinjak kaki para petani dan hewan ternaknya..
Bonus Lagu Aceh
Rintihan Hate Mantong keuh hai cut bang nesayang kelon nyoe, mantoeng keuh hay cut bang negaseh kelonnyoe, sithoen kalepah kaneujak han tom na beriita, pakoen hana neubri haba keulon, pakoen hanatom le neu ingat keu lon nyoe, oh gaseeeeeeeeeeeeeeee eeeeh deungoooo lahhhh neu pegah sayang pukeuh salah loen, kenoe ugampong hana le neu woe, hana neu ingat keu aneuk lidah, jitanyeng ayah sereuta ngen jimoe, kon keuh uroe jeh droe neuh na toem neupegah nibak loen , tanyoe dua tabri meuah dalam kesalaahaan diloen cukoep rindu rindu kedamayan, keindahan dalam ,dalam rumoeh tangga, oh gaseeeeeeeee eeeehhhh deungooolaaahhh SABA HAY ADOE ABANG JAK MERANTOE DILEA SINGEH ABANG WOE JAK SAWEA DINDA, ANEUK YNG KANA TAJAGA HAY ADOE ABANG DI SINOE TINGAT KEU ANEUK NDA
Saba Adoe Metuwah
No comments:
Post a Comment